Sabtu, 04 Juli 2009

TENTANG KITA

Aku baru tiba di rumah. TAPANTRI akhirnya sukses, dan selesai seiring waktu yang begitu damai. Seiring tawa orang-orang, seiring tangis guru-guru, seiring lalu lalang alumni, seiring terik matahari, hujan, seiring lelah, seiring semangat, ceria, tawa, dan canda yang akan segera berakhir. Dan seiring tangis yang datang menjemput perpisahan.

Tak terasa enam tahun sudah kita bersama, menjalani kehidupan dalam dunia yang begitu aneh. Bersekolah sejak jam lima subuh, mengeroyok kacang rebus, martabak, roti bakar atau apapun dengan begitu anarkis, dan melakukan banyak hal tidak normal lainnya. Tapi kita senang. Kita telah tumbuh bersama di sana. Di dunia dengan banyak sekali anomali, dengan banyak kejadian dan rutinitas yang tak kan pernah ditemui di manapun.

Mungkin kau masih ingat dulu pernah mengajakku ke koperasi sembari menangis karena ingin pulang. Saat kau menyembunyikan wajah di balik bantal dan bantal itu menjadi basah karena air matamu. Saat kita ngupahan teman-teman lain yang, menangis. Saat kita masih kanak-kanak. Tapi dari sana sebuah cerita hebat dimulai. Cerita tentang kebersamaan, kenakalan, kejenakaan, persahabatan, tentang kehidupan. Dari sana kita memulai petualangan, meniti untaian makna hidup dari setiap detik yang kita jalani. Melewati kesulitan, kehabisan uang, kelaparan, bosan, kejenuhan, kegembiraan, poyokan, kesepian, kesal, kedamaian, kesenangan, dan hal-hal lainnya.

Sekarang semuanya harus selesai. Asrama, ruang makan, kelas, mesjid, tempat kita membuat banyak cerita itu, akhirnya, selesai. Kita tak lagi akan tertawa sampai larut saat berkumpul di kasur salah satu teman kita, tidur saat kelas subuh (atau setiap saat, mungkin), memengonsep acara hebat usai solat maghrib, kurawa, antri 2 km saat jadwal menu gepuk, dan yang lainnya. Kita sudah harus pergi.

14 Juni 2009, saat kita merasa baru sehari berada di sini. Saat kita merasa baru kemarin kita bosan dan menangis ingin pulang. Akhirnya hari ini tiba waktu untuk pergi, pulang. Tapi kita tetap menangis, tersedu-sedu, bahkan lebih keras daripada saat itu. Kita menangis karena tidak ingin pergi, tak ingin meninggalkan rumah dan keluarga baru ini.

Banyak sekali yang telah kita buat. Dan banyak juga yang harus kita tinggalkan.

Ah, memang sudah saatnya kita begini. Kemarin waktu mempertemukan kita, dan sekarang waktu jugalah yang memisahkan kita. Memang harus begitu. Barangkali waktu masih menyediakan ruang lain esok hari untuk kita, bersama lagi. Mungkin sebagai teman sekantor, atau teman kuliah di luar negeri, Eropa, misalnya, atau lebih dekat lagi, sebagai keluarga. Mungkin. Entahlah.

Aku tetap menganggapmu sebagai keluarga. Kau juga begitu. Aku senang jika kau tertawa, dan sedih jika kau murung. Kau pun begitu. Beritahu aku kisah-kisahmu selanjutnya, seperti ceritamu di asrama kala itu. Telfon aku jika kau sedih dan ingin curhat seperti saat di mesjid dulu. Tanya aku jika kau kesulitan belajar, seperti saat di kelas dulu, jika aku bisa. Jangan lupakan aku, aku pun tak kan lupa kalian. Kita tetap bersama, SmartFriend!

0 komentar: